🐕 Mbah Dalhar Dan Nabi Khidir
Adadoa khusus Nabi Khidir yang diturunkan kepada Mbah Dalhar Gunung Pring. Doa sangat dahsyat untuk rizki lancar dan berkah.
NabiKhidir sering datang ke Kedunglo menjumpai Mbah Ma'roef, dan kerap Nabi Khidir bermalam di panggung utara. Diriwayatkan oleh Mbah Makhsun dari Mojo Kediri. Mbah Makhsun adalah salah satu santri Mbah Ma'roef RA, namun setelah Mbah Ma'roef wafat beliau lalu nyantri ke pondok lain, ibunya bingung ditinggal dan mencari Mbah Makhsun
CeritaMbah Dalhar bertemu dengan Nabi Khidir. Beliau di beri doa yang hingga saat ini dipercaya mustajab serta di amalkan oleh para penderek sekaligus santr
MbahDalhar Dan Nabi Khidir. Oleh Diposting pada 23/03/2021. Dalam dialog seorang sufi besar dengan ahli Bait Keluarga Nabi Baca Selengkapnya. Prediksi Sgp Mbah Gaib. Oleh Diposting pada 22/03/2021. Prediksi Nuklir Jitu Sdy Sgp Hk. 11102019 Di forum ini Baca Selengkapnya.
NabiKhidir sering datang ke Kedunglo menjumpai Mbah Ma'roef, dan kerap Nabi Khidir bermalam di panggung utara. Diriwayatkan oleh Mbah Yahi Makhsun dari Mojo Kediri. Mbah Makhsun adalah salah satu santri Mbah Ma'roef RA, namun setelah Mbah Ma'roef wafat beliau lalu nyantri ke pondok lain, ibunya bingung ditinggal Mbah Makhsun.
MbahKyai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah. Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat - sahabatnya, beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai - sampai ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut.
Dalharkembali ke kamar, Gus Miek pun kembali mengikutinya dan duduk di depan kamar untuk menunggu jawaban. Demikian juga ketika saat tiba waktu shalat Maghrib dan Isya. Sehingga, baru ketika sesudah Isya, KH. Dalhar menyuruh pembantunya memberi tahu bahwa tamunya semalam adalah Nabi Khidir.
KaromahWali, Ini Pertemuan Gus Miek dan Nabi Khidir AS. Karomah Wali, Ini Lima Fakta Keanehan Gus Miek (1) 4. Wali Jadzab yang Rajin Ziarah dan Hobi Mancing. Singkat cerita, Mbah Dalhar akhirnya mau menerima Gus Miek sebagai muridnya, khusus untuk belajar Al-Quran. Akan tetapi, Gus Miek tidak hanya sampai di situ saja, ia berulang kali
Menurutorang yang pernah menerima Ijazah ini doa, doa ini adalah Ijazah langsung dari Kanjheng Nabi Khidir AS ke Mbah Dalhar Watuncongol Magelang, demikian dawuh KH Chalwani. Demikian pula Syeikh Mahmud Plumbon Cirebon juga memberi kesaksian jika KH Dalhar Watucongol pernah menerima doa ijazah demikian dari Kanjeng Nabi Khidir as.
8Pai. BERITA BANTUL -Karomah Mbah Dalhar Watu Congol Gunung Pring yang mendapat ijazah dari nabi khidir. Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani, atau yang akrap di panggil Mbah Dalhar,merupakan ulama sekaligus tokoh nasionalis. Yang merupakan anak dari Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo, Mbah Dalhar lahir dari Keluarga santri taat. Mbah Dalhar merupakan wali Allah yang masyhur dikalangan masyarakat Indonesia khususya di daerah Gunung pering Magelang. Yang terkenal dengan kesaktian dan karomah-karomahnya sebagai ulama sekaligus kiyai masyhur dan tokoh nasionalis. Baca Juga Keteguhan Prinsip dan Keteguhan Prinsip Kiai Sahal Dari Pandangan Istri Beliau Hj. Nafisah Sahal Karomahya yang masyhur sampai sekarang adalah suaranya yang terdengar sampai jarak sekitar 300 meter, saat bertausiyah atu sedang mengisi pengajian. Dan juga mendapat ijazah dari Nabi Khidir, yang berupa doa agar di mudahkan mendapat rizki yang halal. Doa ini dikemas dalam bahasa jawa dan dibuat seperti syair agar memudahkan orang dalam mengamalkannya. Editor Amrullah Tags Terkini
Foto Istimewa - Mbah Dalhar yang bernama lengkap KH. Nahrowi Dalhar, Watucongol dikenal sebagai ulama yang mumpuni. Belum lama ini sosok Kiai Ahmad Abdul Haq meninggal dunia. Kiai kharismatik ini adalah putra dari kiai Dalhar yang juga dikenal sebagai salah satu wali Allah yang masyhur di tanah Jawa. Mbah Dalhar begitu panggilan akrabnya adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi teladan masyarakat. Beliau dikenal sebagai salah satu guru para ulama. Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam untuk menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga menelorkan banyak ulama yang mumpuni. Nasabnya Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 12 Januari 1870 M di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kiai Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro. Adapun nasab Kiai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, Kiai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning. Masa Kanak-kanak Semasa kanak–kanak, Mbah Dalhar belajar Al-Qur’an dan beberapa dasar ilmu keagamaan pada ayahnya sendiri. Pada usia 13 tahun baru mondok di pesantren. Ia dititipkan oleh ayahnya pada Mbah Kiai Mad Ushul begitu sebutan masyhurnya di Dukuh Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di bawah bimbingan Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian tercatat juga mondok di Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen pada umur 15 tahun. Pesantren ini dipimpin oleh Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau yang ma’ruf dengan laqobnya Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Selama delapan tahun mbah Kiai Dalhar belajar di pesantren ini. Selama itulah Mbah Dalhar berkhidmah di ndalem pengasuh. Hal itu terjadi atas dasar permintaan ayahnya kepada Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani. Jalan Kaki dan Pemberian Nama Tidak hanya di daerah sekitar Mbah Dalhar menimba ilmu. Di Makkah Mukaramah beliau berguru kepada beberapa alim ulama yang masyhur. Perjalalannya ke tanah suci untuk menuntut ilmu terjadi pada tahun 1314 H/1896 M. Mbah Kiai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki – laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya kepada shahib beliau yang menjadi mufti syafi’iyyah Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas,Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang perjalanan keduanya. Selama perjalanan dari Kebumen dan singgah di Muntilan, kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan mbah Kiai Dalhar agar naik kuda bersama. Di Makkah waktu itu masih bernama Hijaz, mbah Kiai Dalhar dan Sayid Abdurrahman tinggal di rubath asrama tempat para santri tinggal Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat belajar pada Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan, karena beliau diminta oleh gurunya dan para ulama Hijaz untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kiai Dalhar diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga mencapai waktu 25 tahun. Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani inilah yang kemudian memberi nama “Dalhar” pada mbah Kiai Dalhar. Hingga ahirnya beliau memakai nama Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi adalah nama asli beliau. Dan Dalhar adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah Swt, mbah Kiai Nahrowi Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan nama pemberian sang guru yaitu Mbah Kiai “Dalhar”. Ketika berada di Hijaz inilah mbah Kiai Dalhar memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah As-Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailil Khoerat dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana kedua amaliyah ini dibelakang waktu menjadi bagian amaliah rutin yang memasyhurkan. Mbah Kiai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah. Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat – sahabatnya, beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai–sampai ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut. Sayang putera beliau ini yang cukup alim walau masih amat muda dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak dewasa. Selama di tanah suci, mbah Kiai Dalhar pernah melakukan khalwat selama 3 tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya. Dan selama itu pula beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya. Dari bagian riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk mendoakan para keturunan beliau serta para santri – santrinya. Dalam hal adab selama ditanah suci, mbah Kiai Dalhar tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk qadhil hajat, beliau lari keluar tanah Haram. Selain mengamalkan dzikir jahr ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kiai Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kiai Dalhar dapat mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun. Dalam hal thariqah As-Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kiai Dalhar menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kiai Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal meninggalkan tidur malam adalah juga bagian dari riyadhah mbah Kiai Dalhar. Sampai dengan sekarang, meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera – putera di Watucongol. Murid dan Karya – karyanya Karya mbah Kiai Dalhar yang sementara ini dikenal dan telah beredar secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah karya tulis berbahasa Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan Ali bin Abdillah bin Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah. Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah sebuah karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya beliau setelah ditashih kepada KH Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar adalah kitab sharaf susunan Syeikh As-Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Somalangu. Karena beliau pernah mengajar di Watucongol, setelah menyusun kitab tersebut di Termas. Dimana pada saat tersebut belum muncul tashrifan ala Jombang. Banyak sekali tokoh–tokoh ulama terkenal negara ini yang sempat berguru kepada beliau semenjak sekitar tahun 1920 – 1959. Diantaranya adalah KH Mahrus Lirboyo; KH Dimyati Banten; KH Marzuki Giriloyo dan lain sebagainya. Sesudah mengalami sakit selama kurang lebih 3 tahun, Mbah Kiai Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 1378 H atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Ada yang meriwayatkan jika beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959. Akan tetapi 23 Ramadhan 1959 bukanlah hari Rabu namun jatuh hari Kamis Pahing. [ Source
Meski bukan termasuk kelompok 25 nabi yang wajib diketahui, Khidir bukan nama yang asing di telinga yang menganggap sosoknya hanya fiksi yang diadaptasi dari mitologi kuno, namun sebagian besar umat Islam umumnya tidak menentang Khidir diyakini sebagai salah satu empat nabi yang immortal selain Ilyas, Isa dan Idris. Jika Isa dan Idris tinggal di surga, maka Khidir dan Ilyas tetap ada di tentang kehadiran Nabi Khidir masih sering kita dengar di sekitar kita. Ia aktif menjalin kontak dengan orang-orang dengan tingkat spiritual tertentu, yang biasanya disebut Hamid Pasuruan, Mbah Dalhar Watucongol, atau Gus Miek, misalnya, dikisahkan sering ditemui Nabi Khidir. Ia hadir dengan menyaru sebagai sosok yang tak terduga sehingga tidak dikenali orang juga dapat menemukan kisah-kisah pertemuan antara Nabi Khidir dengan sejumlah orang dari berbagai negeri dan zaman. Ia menemui Ibn Arabi, Syekh Abdul Qadir al-Jilaini, bahkan tokoh yang lebih jauh seperti Dzul Qarnain atau juga berinteraksi dengan para nabi. Yang fenomenal tentu saja adalah perjumpaannya dengan Nabi Musa sebagaimana direkam dalam surat al-Kahfi. Nama Khidir memang tidak disebut dengan terang di sana. Namun para mufasir sepakat bahwa Hamba Allah yang ditemui Nabi Musa tersebut tidak lain adalah Nabi itu, konon, bermula dari “kesombongan” Nabi Musa. Ketika sedang berkumpul dengan kaumnya, tiba-tiba ada seseorang yang nyeletuk. “Tentunya, tidak ada orang yang lebih tahu soal Allah daripada Anda, Nabi Musa,” Musa mengiyakan dan Allah langsung menegurnya. Musa lalu diperintahkan untuk menemui seseorang yang tinggal di pertemuan dua arus lautan majma’ al-bahrain.Nabi Musa sering dianggap sebagai wakil dari agama yang mapan. Ia tidak sabar dengan citraan yang melenceng tentang Tuhan. Maka kepadanya, Nabi Khidir memandu, menjadi pendamping perjalanan dan menguji memperkenalkan lapis-lapis pengetahuan yang belum dikenal Musa agar ia lebih sabar dalam menghadapi paradoks-paradoks tugas Nabi Khidir yang lain kita bisa memahami dari penjelasan Nabi Muhammad saw.“Dia dinamai Khidir karena ketika ia duduk di atas tanah tandus maka tanah itu menjadi hijau oleh tumbuh-tumbuhan,” sabda Nabi. Khidir dengan demikian merupakan alegori tentang kesuburan, regenerasi, dan juga peremajaan jiwa Khidir menjadi guru yang memberikan bimbingan dengan cara yang berbeda kepada tiap orang.“Bukan dengan cara seorang teolog menyebarkan dogmanya,” tulis Henry Corbin. Ia membawa muridnya ke teofani mereka masing-masing. Lain kepada kepada Nabi Musa, lain pula kepada kepala keamanan atau kepala polisi di zaman Khalifah Harun kepala polisi yang masih memegang jabatannya, Khidir sering mengunjunginya. Hingga suatu hari kepala polisi itu meletakkan jabatannya. Ia ingin pensiun. Sejak itu pula Nabi Khidir tak pernah lagi hadir di rumahnya. Kepala polisi itu resah, khawatir ada yang salah dengan malam kepala polisi itu terlintas dalam pikirannya jangan-jangan ketidakhadiran Khidir ini ada hubungannya dengan profesinya. Maka, esok harinya ia memberanikan diri menemui Sang Khalifah dan meminta kembali ar-Rasyid bertanya-tanya dan kepala polisi itu menceritakan semuanya yang ia alami. Setelah jabatannya dipulihkan, Khidir kembali sering penasaran, pada sebuah kesempatan Kepala polisi memberanikan diri bertanya kepada Khidir tentang ketidakhadirannya beberapa waktu.“Posisimu itu dapat melindungi orang-orang miskin dan membebaskan mereka dari cengkeraman penindas. Kamu harus tahu bahwa ini lebih baik dari meditasi seribu orang sufi,” jawab Nabi dunia tasawuf, warna hijau yang melambangkan Nabi Khidir menjadi simbol penting. Warna itu digunakan sebagai tanda pencapaian puncak spiritual seorang sufi. Hanya mereka yang telah mencapai maqam spiritual tinggi yang boleh mengenakan jubah warna dunia sufi juga kita sering mendengar kisah-kisah unik tentang metode pengajaran dan bimbingan spiritual yang dilakukan Nabi Khidir kepada para muridnya. Tak jarang ia menyentil perilaku-perilaku kecil yang dapat menipu atau memelesetkan orang dari jalan menuju Ali ad-Darir an-Nabtiti pernah bertanya kepada Khidir mengenai ulama-ulama Mesir yang hidup pada masa itu. Khidir menjelaskan tentang ihwal setiap kemudian bertanya soal Syekh Zakariyya al-Ansari. Khidir menjawab bahwa ia orang yang baik dan saleh, hanya saja ia memiliki satu kekurangan.“Apa itu?” selidik Sidi Ali.“Ketika ia berkorespondensi dengan raja, dia selalu menulis namanya dengan Syekh Zakariyya. Ada gelar Syekh di sana,” jawab Ali lantas memberitahukan kepada Syekh Zakariya mengenai jawaban Khidir tersebut. Sejak itu Syekh Zakariya tidak pernah lagi memasang gelar syekh di depan Khidir benar, gelar yang berderet-deret di depan dan belakang nama memang sering kali Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap waktu diperbarui pada 20 April 2021 oleh Ahmad Khadafi
mbah dalhar dan nabi khidir